MAGELANG TEMPO DOELOE:
PERJUANGAN RAKYAT ERA 1945-1949
MAGELANG KOTA #5
Peristiwa 25 September 1945 saat pengibaran Sang Merah Putih di puncak Gunung Tidar sebagai berikut:
1. Koesni (gugur 25 September 1945)
2. Djajus (gugur 25 September 1945)
3. Soejoed (gugur 25 September 1945)
4. Samad Sastrodimedjo (gugur 27 September 1945)
5. Slamet (gugur 27 September 1945)
Nama mereka kini menghiasi Makam Pahlawan "Giri Dharmo Loyo" Magelang. Mereka adalah korban pertama di Magelang dalam perjuangan menegakkan dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.
Akibat peristiwa tersebut kesatuan Kenpeitai di Magelang kemudian dipindahkan ke Ambarawa. Mungkin untuk menghindari balas dendam dan kemarahan rakyat.
Insiden Tidar tersebut tidak berhenti sekian saja. Peristiwa itu baru merupakan awal dari epos perjuangan pemuda Indonesia menentang militer Jepang di Indonesia. Awal bulan Oktober 1945 mulailah berkobar pertempuran yang meluas antara pemuda-pemuda Indonesia dengan militer Jepang, yaitu dalam usaha pemuda hendak melucuti senjata
militer Jepang, demi untuk menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan negara Republik Indonesia. Api pertempuran itu menyala pertama di Surabaya (1 Oktober), kemudian merambat ke Solo (3 Oktober 1945), Yogya (6 Oktober), Pekalongan (6 Oktober), Bandung (11 Oktober) dan kemudian pada tanggal 13 Oktober 1945 merambat sampai di Magelang
dan akhirnya memuncak di Semarang (14 Oktober 1945).
3. Melucuti senjata Jepang
Peristiwa di Surabaya dan di berbagai kota tersebut berpengaruh besar terhadap perkembangan situasi di Magelang. Keberhasilan pemuda di Surabaya, Malang dan lain-lain kota melucuti senjata Jepang menggugah keberanian pemuda Magelang untuk berbuat serupa. Sasaran empuk pertama untuk memperoleh senjata ialah polisi. Kepolisian Jepang yang beranggotakan bangsa Indonesia oleh pihak Jepang tidak dilucuti senjatanya. Pemuda polisi yang sudah sadar pula rasa kebangsaannya mudah diajak bekerja sama demi kepentingan Republik Indonesia. Demikianlah, berkat kerja sama yang baik, maka pemuda berhasil menyerobot kurang lebih 200 pucuk senjata yang disimpan Jepang di gudang kantor polisi-kota di Jalan Kejuron No. 5.
Ditinjau dari sejarah pasukan bersenjata RI di Magelang peristiwa itu mempunyai arti penting, karena dengan modal 200 pucuk senjata dari polisi tersebut pasukan pemuda
khususnya BKR memiliki kekuatan riil untuk menghadapi pasukan Jepang.
Demikianlah, untuk merundingkan kesatuan sikap dan rencana melucuti Jepang, maka pada tanggal 12 Oktober 1945 jam 21.00, unsur-unsur revolusi di Magelang mengada-
kan rapat rahasia di kantor karesidenan. Hadir dalam pertemuan penting itu pimpinan pemerintah seperti Gubernur R.P. Suroso, wakil Residen Winarso Darmoatmodjo dan
Walikota Suprodjo. Dari KNI hadir Tartib Prawirodihardjo, dari BKR hadir eks Chudancho Maryadi sedang dari polisi hadir Inspektur Polisi Legowo, serta masih ada lagi sejumlah
tokoh pemuda. Untuk berunding dengan Mayjen Nakamura, rapat memutuskan untuk membentuk delegasi terdiri dari tiga orang yaitu Tartib Prawirodihardjo dari KNI, Maryadi dari BKR dan Legowo dari polisi.
Pada tanggal 13 Oktober 1945 sekitar jam 20.00, pasukan BKR, pasukan polisi dan pasukan pemuda lainnya telah disiapkan di sekitar markas Nakamura. Eks Chudancho
Soerjosoempeno memimpin pasukan dari sebelah timur markas, yaitu dari arah gereja Katolik dan Kauman, sedang eks Syodancho Suwito Harjoko memimpin pasukan mengepung dari sebelah barat, yaitu dari sekitar Karesidenan. Pengepungan ini diperkuat oleh pasukan Inspektur Polisi Legowo yang bersenjatakan 80 pucuk senjata api.
Rencana taktik yang telah disepakati adalah, setelah steling pengepungan siap, maka ketiga anggota delegasi itu segera masuk ke markas untuk berunding dengan Mayjen Nakamura. Pada malam itu mereka akhirnya berhasil melucuti senjata Nakamura, berupa sejumlah senjata ringan. Esoknya usaha itu dilanjutkan ke asrama Jepang di Kaderschool (sekarang Rindam IV/Diponegoro). Di tangsi ini pemuda berhasil memperoleh lebih kurang 500 pucuk senjata ringan. Hasil tersebut kemuduan dibagi-bagikan kepada kesatuan BKR dan kesatuan pemuda lainnya.
(Selesai)
PERJUANGAN RAKYAT ERA 1945-1949
MAGELANG KOTA #5
Peristiwa 25 September 1945 saat pengibaran Sang Merah Putih di puncak Gunung Tidar sebagai berikut:
1. Koesni (gugur 25 September 1945)
2. Djajus (gugur 25 September 1945)
3. Soejoed (gugur 25 September 1945)
4. Samad Sastrodimedjo (gugur 27 September 1945)
5. Slamet (gugur 27 September 1945)
Nama mereka kini menghiasi Makam Pahlawan "Giri Dharmo Loyo" Magelang. Mereka adalah korban pertama di Magelang dalam perjuangan menegakkan dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.
Akibat peristiwa tersebut kesatuan Kenpeitai di Magelang kemudian dipindahkan ke Ambarawa. Mungkin untuk menghindari balas dendam dan kemarahan rakyat.
Insiden Tidar tersebut tidak berhenti sekian saja. Peristiwa itu baru merupakan awal dari epos perjuangan pemuda Indonesia menentang militer Jepang di Indonesia. Awal bulan Oktober 1945 mulailah berkobar pertempuran yang meluas antara pemuda-pemuda Indonesia dengan militer Jepang, yaitu dalam usaha pemuda hendak melucuti senjata
militer Jepang, demi untuk menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan negara Republik Indonesia. Api pertempuran itu menyala pertama di Surabaya (1 Oktober), kemudian merambat ke Solo (3 Oktober 1945), Yogya (6 Oktober), Pekalongan (6 Oktober), Bandung (11 Oktober) dan kemudian pada tanggal 13 Oktober 1945 merambat sampai di Magelang
dan akhirnya memuncak di Semarang (14 Oktober 1945).
3. Melucuti senjata Jepang
Peristiwa di Surabaya dan di berbagai kota tersebut berpengaruh besar terhadap perkembangan situasi di Magelang. Keberhasilan pemuda di Surabaya, Malang dan lain-lain kota melucuti senjata Jepang menggugah keberanian pemuda Magelang untuk berbuat serupa. Sasaran empuk pertama untuk memperoleh senjata ialah polisi. Kepolisian Jepang yang beranggotakan bangsa Indonesia oleh pihak Jepang tidak dilucuti senjatanya. Pemuda polisi yang sudah sadar pula rasa kebangsaannya mudah diajak bekerja sama demi kepentingan Republik Indonesia. Demikianlah, berkat kerja sama yang baik, maka pemuda berhasil menyerobot kurang lebih 200 pucuk senjata yang disimpan Jepang di gudang kantor polisi-kota di Jalan Kejuron No. 5.
Ditinjau dari sejarah pasukan bersenjata RI di Magelang peristiwa itu mempunyai arti penting, karena dengan modal 200 pucuk senjata dari polisi tersebut pasukan pemuda
khususnya BKR memiliki kekuatan riil untuk menghadapi pasukan Jepang.
Demikianlah, untuk merundingkan kesatuan sikap dan rencana melucuti Jepang, maka pada tanggal 12 Oktober 1945 jam 21.00, unsur-unsur revolusi di Magelang mengada-
kan rapat rahasia di kantor karesidenan. Hadir dalam pertemuan penting itu pimpinan pemerintah seperti Gubernur R.P. Suroso, wakil Residen Winarso Darmoatmodjo dan
Walikota Suprodjo. Dari KNI hadir Tartib Prawirodihardjo, dari BKR hadir eks Chudancho Maryadi sedang dari polisi hadir Inspektur Polisi Legowo, serta masih ada lagi sejumlah
tokoh pemuda. Untuk berunding dengan Mayjen Nakamura, rapat memutuskan untuk membentuk delegasi terdiri dari tiga orang yaitu Tartib Prawirodihardjo dari KNI, Maryadi dari BKR dan Legowo dari polisi.
Pada tanggal 13 Oktober 1945 sekitar jam 20.00, pasukan BKR, pasukan polisi dan pasukan pemuda lainnya telah disiapkan di sekitar markas Nakamura. Eks Chudancho
Soerjosoempeno memimpin pasukan dari sebelah timur markas, yaitu dari arah gereja Katolik dan Kauman, sedang eks Syodancho Suwito Harjoko memimpin pasukan mengepung dari sebelah barat, yaitu dari sekitar Karesidenan. Pengepungan ini diperkuat oleh pasukan Inspektur Polisi Legowo yang bersenjatakan 80 pucuk senjata api.
Rencana taktik yang telah disepakati adalah, setelah steling pengepungan siap, maka ketiga anggota delegasi itu segera masuk ke markas untuk berunding dengan Mayjen Nakamura. Pada malam itu mereka akhirnya berhasil melucuti senjata Nakamura, berupa sejumlah senjata ringan. Esoknya usaha itu dilanjutkan ke asrama Jepang di Kaderschool (sekarang Rindam IV/Diponegoro). Di tangsi ini pemuda berhasil memperoleh lebih kurang 500 pucuk senjata ringan. Hasil tersebut kemuduan dibagi-bagikan kepada kesatuan BKR dan kesatuan pemuda lainnya.
(Selesai)
Age Nidjiholic Karisma Izin menambahkan mas Bagus Priyana 🙏🙏
Monumen tersebut dibuat atas prakarsa Dr. Moh. Subroto, direncanakan oleh Sungkono Aliman yang dilaksanakan Pemda. Kodya Magelang.
…Lihat Lainnya
Monumen tersebut dibuat atas prakarsa Dr. Moh. Subroto, direncanakan oleh Sungkono Aliman yang dilaksanakan Pemda. Kodya Magelang.
…Lihat Lainnya
- Bagus Priyana Age Nidjiholic Karisma oke mas. Sip tenaaan..
Age Nidjiholic Karisma Magelang jos 👍👍
Salam sedulur 🙏🙏😊
Salam sedulur 🙏🙏😊
Heri Irawadi Mas Bagus Priyana...
Mbok bikin diorama sejarah magelang,masss...
Mbok bikin diorama sejarah magelang,masss...
- Bagus Priyana Heri Irawadi idealnya dan sdh seharusnya mmg kota ini perlu adanya MUSEUM KOTA MAGELANG mas. Tapi tergantung pemkot selaku yg punya duit 😊
Heri Irawadi Iya...mesti proses sih...
Kita rangkul aja temen2 komunitas yg laen misal kom.seni dan budaya asli daerah mgl.
Kita rangkul aja temen2 komunitas yg laen misal kom.seni dan budaya asli daerah mgl.
No comments:
Post a Comment