17 January 2025

Potret Bangunan di pojok jalan RST - jalan Ahmad Yani Magelang pada tahun 1927 dan 2024 Source : Tempo Dulu

 Potret Bangunan di pojok jalan RST - jalan Ahmad Yani Magelang pada tahun 1927 dan 2024



Source : Tempo Dulu

14 January 2025

Cungkup menuju makam Panembahan Senopati ing Ngalaga - Danang Sutawijaya [ secara harafiah berarti : lelaki anak (sultan hadi) wijaya ]. Bersama ayahandanya Ki Ageng Pemanahan membuka Alas Mentaok menjadi Kotagede. Dan antara 1584 hingga 1601 berkuasa menjadi raja pertama Mataram Islam. Yang menarik dikisahkan wafat di Jenar. Apakah Jenar di Bagelen ? (Sekarang masuk Purwodadi, Purworejo). Tanpa dikisahkan wafatnya karena apa. Dari Jenar, jenazahnya dibawa ke Kotagede dan dimakamkan di Pesareyan Kitha Ageng, disamping Masjid Gedhe Mataram. Mempunyai 4 istri : 1. Ratu Mas Mustika/Waskita Jawi binti Ki Ageng Penjawi - dari garis ini lahir Mas Jolang, atau Panembahan Hanyakrawati, raja kedua Mataram. 2. Retno Ayu Dumilah binti Panembahan Mas Madiun 3. Nyi Mas Adisara Satu istri yang lain, karena tradisi lisan, bertukar antara putri Sultan Cirebon, dan versi lain seorang putri Kalinyamat Jepara. Cungkup ini pada sekitar tahun 1930 direnovasi bersama oleh kedua kraton (Solo & Yogya). Pernah kesini ? Kitlv 1930

 Cungkup menuju makam Panembahan Senopati ing Ngalaga - Danang Sutawijaya [ secara harafiah berarti : lelaki anak (sultan hadi) wijaya ]. 



Bersama ayahandanya Ki Ageng Pemanahan membuka Alas Mentaok menjadi Kotagede. Dan antara 1584 hingga 1601 berkuasa menjadi raja pertama Mataram Islam. 


Yang menarik dikisahkan wafat di Jenar. Apakah Jenar di Bagelen ? (Sekarang masuk Purwodadi, Purworejo). Tanpa dikisahkan wafatnya karena apa.


Dari Jenar, jenazahnya dibawa ke Kotagede dan dimakamkan di Pesareyan Kitha Ageng, disamping Masjid Gedhe Mataram. 


Mempunyai 4 istri :

1. Ratu Mas Mustika/Waskita Jawi binti Ki Ageng Penjawi - dari garis ini lahir Mas Jolang, atau Panembahan Hanyakrawati, raja kedua Mataram.

2. Retno Ayu Dumilah binti Panembahan Mas Madiun

3. Nyi Mas Adisara 


Satu istri yang lain, karena tradisi lisan, bertukar antara putri Sultan Cirebon, dan versi lain seorang putri Kalinyamat Jepara.


Cungkup ini pada sekitar tahun 1930 direnovasi bersama oleh kedua kraton (Solo & Yogya).


Pernah kesini ?


Kitlv 1930

Peta karisidenan kedu ( cadoe) Magelang dan temanggung, THN 1750 an , KITLV

 Peta karisidenan kedu ( cadoe) Magelang dan temanggung, THN 1750 an , KITLV



12 January 2025

BAJINGAN!! Sejarah Arti Dan Makna Kata!! (Kata yang mengalami pergeseran makna) Sejarah asal kata "bajingan" sebenarnya berasal dari profesi pengendali gerobak sapi yang populer di masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah, sebelum era kekuasaan Sultan Agung Gerobak sapi pada masa itu merupakan satu-satunya transportasi yang berkembang saat era jaman itu, selain lewat Perahu. Maka profesi bajingan kemudian menjadi sangat vital bagi kehidupan dan perputaran ekonomi masyarakat pedesaan di Jawa Pada awalnya sejarah kata "bajingan" diambil dari nama tokoh pencetus gerobak sapi, yaitu "Mbah Jingan". Mbah Jingan adalah tokoh yang sangat terampil dan kreatif dalam berbagai pekerjaan, seperti petani buruh, buruh pemanjat pohon kelapa, dan pengendali gerobak sapi. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu kemudian Orang-orang menyebutnya lebih singkat menjadi "Ba Jingan", dan kata terakhir inilah yang kemudian berkembang sampai sekarang. Namun, dalam prosesnya makna dari kata "bajingan" ini kemudian mengalami pergeseran arti. Semua kisah itu berawal ketika Para bajingan selalu sering terlambat dalam menunaikan tugas menjemput para pelanggannya, yang membuat para calon penumpang mengeluh. Seiring dengan perkembangan waktu, kata "bajingan" mulai diartikan sebagai umpatan atau kata-kata yang konotasinya negatif. Dalam KBBI, kemudian kata bajingan diartikan sebagai penjahat, pencopet, atau makian untuk orang yang sikapnya kurang ajar. Pada era 1960-an hingga 1970-an, kata “bajingan" mulai menjadi ungkapan untuk makian, umpatan kekesalan pads orang lain. Pentingnya kita mengetahui sejarah, latar, asal usul kata dari pola pergeseran budaya tradisi masyarakat di Nusantara ini penting, agar kita lebih hati-hati dan presisi dalam mengunakan "diksi" kata demi kata di media sosial. Sebab dengan konteks yg terputus "potongan" vidio menjadi mudah dipelintir bagi orang lain yg terkadang memang sengaja mencari celah dan kelemahan dari orang lain, karena ada motif dan kepentingan tertentu. Berbeda sekali ketika orang punya nalar dan logika yg benar, akan sangat sulit terprovokasi dengan sesuatu yg sudah kehilangan konteks. Cuma problematik diera digital ini karena sedari awal minat baca gak ada, literasi kurang akibatnya mudah menglorifikasi berita tanpa menyaring dan memfilter informasi tersebut. Anak Turun Nusantara dengan forum Sinau Kemandirian dan Kewirausahaan mencoba mengali dan Nguri-uri Budaya tradisi Kita. Tetap semangat jaga akal sehat dan tetap terus sambat juga ga masalah, tapi kalau mau bersyukur atas pencapaian yg ada juga gpp. ☕☕ Catatan yang Terserak kehidupan. *dikutip dari beberapa sumber media online lalu kemudian diolah dan diramu Nardi Wijaya ditambahin garam dan bumbu biar sedap. 😘

 BAJINGAN!! Sejarah Arti Dan Makna Kata!!

(Kata yang mengalami pergeseran makna)


Sejarah asal kata "bajingan" sebenarnya 

berasal dari profesi pengendali gerobak sapi yang populer di masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah, sebelum era kekuasaan Sultan Agung



Gerobak sapi pada masa itu merupakan satu-satunya transportasi yang berkembang saat era jaman itu, selain lewat Perahu.


Maka profesi bajingan kemudian menjadi sangat vital bagi kehidupan dan perputaran ekonomi masyarakat pedesaan di Jawa


Pada awalnya sejarah kata "bajingan" diambil dari nama tokoh pencetus gerobak sapi, yaitu "Mbah Jingan".


Mbah Jingan adalah tokoh yang sangat terampil dan kreatif dalam berbagai pekerjaan, seperti petani buruh, buruh pemanjat pohon kelapa, dan pengendali gerobak sapi.


Kemudian seiring dengan berjalannya waktu kemudian Orang-orang menyebutnya lebih singkat menjadi "Ba Jingan", dan kata terakhir inilah yang kemudian berkembang sampai sekarang.


Namun, dalam prosesnya makna dari kata "bajingan" ini kemudian mengalami pergeseran arti.


Semua kisah itu berawal ketika Para bajingan selalu sering terlambat dalam menunaikan tugas menjemput para pelanggannya, yang membuat para calon penumpang mengeluh. 


Seiring dengan perkembangan waktu, kata "bajingan" mulai diartikan sebagai umpatan atau kata-kata yang konotasinya negatif. 


Dalam KBBI, kemudian kata bajingan diartikan sebagai penjahat, pencopet, atau makian untuk orang yang sikapnya kurang ajar. 


Pada era 1960-an hingga 1970-an, kata “bajingan" mulai menjadi ungkapan untuk makian, umpatan kekesalan pads orang lain.


Pentingnya kita mengetahui sejarah, latar, asal usul kata dari pola pergeseran budaya tradisi masyarakat di Nusantara ini penting, agar kita lebih hati-hati dan presisi dalam mengunakan "diksi" kata demi kata di media sosial. 


Sebab dengan konteks yg terputus "potongan" vidio menjadi mudah dipelintir bagi orang lain yg terkadang memang sengaja mencari celah dan kelemahan dari orang lain, karena ada motif dan kepentingan tertentu.


Berbeda sekali ketika orang punya nalar dan logika yg benar, akan sangat sulit terprovokasi dengan sesuatu yg sudah kehilangan konteks.


Cuma problematik diera digital ini karena sedari awal minat baca gak ada, literasi kurang akibatnya mudah menglorifikasi berita tanpa menyaring dan memfilter informasi tersebut.


Anak Turun Nusantara dengan forum Sinau Kemandirian dan Kewirausahaan mencoba mengali dan Nguri-uri Budaya tradisi Kita.


Tetap semangat jaga akal sehat dan tetap terus sambat juga ga masalah, tapi kalau mau bersyukur atas pencapaian yg ada juga gpp.


☕☕ Catatan yang Terserak kehidupan.


*dikutip dari beberapa sumber media online lalu kemudian diolah dan diramu Nardi Wijaya ditambahin garam dan bumbu biar sedap. 😘