Magelang – Sukses dengan Djeladjah Petjinan Magelang awal
Pebruari lalu, Komunitas Kota Toea Magelang (KTM) akan kembali mengadakan
jelajah/penelusuran. Kali ini bakal menggelar di Magelang pada Minggu, 2 Maret
2014 mendatang.
Koordinator Komunitas Kota Toea (KTM), Bagus Priyana
mengatakan, Djeladjah Petjinan Magelang sudah menjadi agenda rutin tahunan
setiap memperingati Imlek. Selama satu
hari, sekitar 90 peserta ikut menelusuri jejak masyarakat Tionghoa di Kota
Magelang.
“Mereka sangat tertarik dengan jelajah ini, karena ternyata
sejarah China di Kota Magelang cukup banyak dan jarang diungkap ke permukaan.
Dengan jelajah ini, kami bisa mengetahui juga sadar bahwa warga China menyatu
dengan warga lokal, “ujar Bagus Priyana, Kamis, 27 Pebruari 2014.
Atas dasar pencapaian itu, kata Bagus Priyana, pihaknya lalu
berinisiatif menggelar jelajah lagi dengan obyek berbeda, yakni sejarah
Pangeran Diponegoro. Bulan Maret mendatang adalah waktu yang tepat untuk
jelajah ini, karena Maret adalah bulan ditangkapnya Pangeran Diponegoro di Kota
Magelang.
“Tepatnya 28 Maret 1830 lalu, Sang pangeran ditangkap
Belanda. Ia ditangkap di gedung yang sekarang menjadi Kantor Bakorwil Karesidenan
Kedu Magelang. Kami inginmenelusuri jejak perjuangan beliau, khususnya slama di
Magelang,” kata Bagus Priyana.
Lima Lokasi
Bagus Priyana menuturkan, ada lima lokasi yang akan dikunjungi selama penjelajahan kali pertama
dilakukan itu. Antara lain Museum Diponegoro di Kompleks Bakorwil Kedu yang
menyimpan aneka benda/artefak peninggalan Sang Pangeran/
Lalu tempat bekas peristirahatan Laskar Diponegoro di
bantaran Kali Progo, Kampung Meteseh, Kota Magelang. Kemudian menuju Langgar Agung
Pangeran Diponegoro di Kampung Kamal, Menoreh, Salaman, Kabupaten Magelang. Langgar
ini, kata Bagus Priyana, dulunya menjadi markas pertahanan Pangeran Diponegoro
selama bergerilya melawan Belanda.
Dilanjutkan ke Goa Lawa di Salaman yang menjadi tempat
persembunyian dan terakhir mengunjungi Dusun Kali Pucung, Kali Rejo, Salaman.
“Pangeran Diponegoro memerintahkan dua laskarnya untuk
tinggal di dusun ini guna membantu masyarakat. Dua pengikutnya ini lantas
diberi jubah dan puluk/iket untuk menandai bahwa dua orang ini adalah pengikut
pangeran. Sampai sekarang, benda peninggalan itu masih rapi tesimpan,” tutur Bagus
Priyana.
Bagus Priyana mengaku respon para anggota cukup besar pada
kegiatan penjelajahan ini. Apalagi, menurut rencana jelajah ini akan d iikuti
salah seorang keturunan ke-8 pangeran Diponegoro yang bernama Ki Roni Sadewo.
“Ki Roni Sadewo sangat ingin ikut jelajah ini, karena ia
ingin mengetahui jejak Sng Pangean di Magelang. Jelajah ini akan menjadi
pengetahuan baru bagi para peserta dan masyarakat Magelang secara umum.” Imbuh Bagus
Priyana.
Sumber :
Suara Merdeka, Jum’at, 28 Pebruari 2014, Suara Kedu, Halaman
28