09 September 2016

PUAH


LEGENDA MAGELANG : PUAH

Dalam rentang waktu tahun 1960 hingga tahun 1970 an, setiap warga magelang pasti mengenal sosok seorang wanita yang dianggap orang gila dan selalu hilir mudik di wilayah Kota Magelang, utamanya di seputaran Pasar Gedhe Rejowinangun, dengan membawa batu di tangannya, namanya Puah.

Sebagai seorang yang dianggap tidak genap nalar pikirnya (orang gila/orang tidak waras/orang tidak genep), ketika menjalankan aktifitasnya meminta uang kepada para pengguna jalan di seputaran Pasar Gedhe Rejowinangun, Puah selalu membawa batu di genggaman tangannya. Hal ini membuat takut kepada orang yang sedang berpapasan dengannya, lebih-lebih mereka yang membawa kendaraan berupa mobil akan segera memberi uang agar Puah segera menyingkir dan berlalu dari sekitar mobilnya. Mereka takut mobilnya akan digores batu oleh Puah apabila tidak memberi sesuatu, baik itu uang ataupun makanan.

Dalam kesehariannnya, Puah bertempat tinggal di emperan Bioskop Ampera Jalan Tidar (sekarang menjadi Bank CIMB Niaga). Meskipun dianggap orang gila, Puah memiliki perilaku yang istimewa. Meskipun Puah dianggap “wong sing ora genep” tapi sering menolong orang gila lain yang sedang kelaparan, dengan cara memberikan makanan yang diminta oleh Puah dari Pedagang di seputaran Pasar Gedhe Rejowinangun. Bila Puah menemukan orang gila yang jorok dan dekil, Puah akan memandikan orang gila tersebut di Kali Manggis (Pabrik Es).

Nama Puah menjadi bahan ejekan untuk menakut-nakuti anak kecil apabila anak tersebut tidak menurut ajakan orang tua. Waktu masih sekolah SD tahun 1980 an, nama Puah masih sering disebut untuk menakut-nakuti dan mengejek teman main (nggo poyokan).
Nama lain yang terkenal karena sering disebut-sebut orang Magelang dan sejaman dengan Puah, antara lain :
-Sampo (Njuritan),
-Mbok Kotik (nama Mbok Kotik sering disebut-sebut untuk menakut-nakuti anak kecil yang kemproh (kotor tubuhnya))
-Buthok (selalu membawa tempat makan dari kaleng dan segala macam barang dilekatkan pada tubuhnya),
-Mbok Min dan Itus (Ngentak),
-Sakdiyah (seorang wanita keturunan arab pada tahun 1980  hingga awal 1990 an sering mondar-mandir di jalan raya depan Masjid Jami’ Kauman Kota Magelang setiap ada pengajian paingan dan selalu memakai jarit dan kebaya yang berkilauan),
-Mbok Ali Munying (Pasar Kebonpolo) (Mbok Ali Munying meskipun dianggap orang gila tetap merasa risih pada lalat, ia selalu membawa gepyok untuk mengusir lalat yang hinggap di tubuhnya)
-Mbah Ndaik (RSJ Kramat)
-Mbok Selim dan Mbah Sioe (Kemirikerep)
-Kemi (Giriloyo)
-Miyem dan Mbah Bero (Karangkidul)




Sumber Narasi/Foto : Grup Facebook Kota Toea Magelang/Denmaz Didotte

No comments:

Post a Comment